Pulau Nusa Penida 26, Denpasar, Bali, Indonesia
+62361-225388
info@bhccclinic.com / klinikbhcc@gmail.com

KENALI MASALAH LAMBUNG

KENALI MASALAH LAMBUNG

PENDAHULUAN

Di dalam masyarakat penyakit dispepsia sering disamakan dengan penyakit maag, dikarenakan terdapat kesamaan gejala antara keduanya. Hal ini sebenarnya kurang tepat, karena kata maag berasal dari bahasa Belanda, yang berarti lambung, sedangkan kata dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata yaitu “dys” yang berarti buruk dan “peptei “ yang berarti pencernaan, jadi dispepsia berarti pencernaan yang buruk.

Istilah dispepsia mulai sering digunakan sejak akhir tahun 1980-an, merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perasaan yang tidak nyaman atau nyeri pada perut bagian atas atau dada bagian bawah. Hampir semua orang pernah mengalami dispepsia, setidaknya satu kali dalam masa hidupnya, baik laki-laki maupun perempuan semuanya dapat mengalami gejala ini. Pada artikel ini akan dijelaskan apa itu dispepsia dan bagaimana dispepsia bisa terjadi.

Prevalensi penyakit ini beragam, sebagian besar penelitian menunjukkan, hampir 25 % orang dewasa mengalami gejala dyspepsia pada suatu waktu dalam hidupnya.

Suatu survey menyebutkan, sekitar 30% orang yang berobat ke dokter umum disebabkan gangguan saluran cerna terutama dyspepsia. Dan 40 – 50 % yang dating ke specialis disebabkan gangguan pencernaan, terutama dyspepsia.

PENGERTIAN DAN GEJALA DISPEPSIA

Dispepsia adalah sekumpulan gejala berupa nyeri, perasaan tidak enak pada perut bagian atas yang menetap atau berulang disertai dengan gejala lainnya seperti rasa penuh saat makan, cepat kenyang, kembung, bersendawa, nafsu makan menurun, mual, muntah, dan dada terasa panas yang telah berlangsung sejak 3 bulan terakhir, dengan awal mula gejala timbul dalam 6 bulan sebelumnya. Gejala – gejala tersebut dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, tentunya termasuk juga di dalamnya penyakit maag, namun penyebabnya tidak harus selalu oleh penyakit maag, oleh karena itu dalam medis untuk menggambarkan sekumpulan gejala tersebut digunakanlah istilah sindrom dispepsia.

ETIOLOGI /PENYEBAB

  1. Perubahan pola makan
  2. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang lama
  3. Alkohol dan nikotin rokok
  4. Stres
  5. Tumor atau kanker saluran pencernaan

PENGELOMPOKAN

Secara garis besar, ada 2 jenis penyakit maag, yakni:

  • Gastritis Akut
    • Penyakit maag akut adalah inflamasi (reaksi tubuh terhadap mikroorganisme dan benda asing yg ditandai oleh panas, bengkak, nyeri, dan gangguan fungsi organ tubuh) akut dari lambung, dan biasanya terbatas hanya pada muklosa. Penyakit maag akut dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya.[1]
  • Gastritits Kronis
    • Lambung penderita penyakit maag kronis mungkin mengalami inflamasi (reaksi tubuh terhadap mikroorganisme dan benda asing yg ditandai oleh panas, bengkak, nyeri, dan gangguan fungsi organ tubuh) kronis dari tipe gangguan tertentu, yang menyebabkan gastritis dari tipe yang spesifik yaitu gastritis kronisa.[1]

Jenis penyakit maag yang dilihat berdasarkan tingkat keparahan, dibedakan menjadi:

  • Maag ringan
    • Maag ringan masih tergolong tahap ringan dimana biasanya setiap orang sudah berada di tahap ini, jika dilakukan pemeriksaan akan terlihat asam lambung berlebih di bagian dinding.
  • Maag sedang
    • Maag pada tahap ini sudah menyebabkan nyeri, sakit dan mual yang menyakitkan.
  • Maag kronis
    • Maag kronis adalah maag yang sudah parah intensitasnya di bandingkan maag biasa.
  • Kanker lambung

Kata dispepsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “pencernaan yang jelek”.

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit, rasa penuh dan panas di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan rasa nyeri dan panas pada ulu hati.

Batasan dispepsia terbagi atas dua yaitu:

  1. Dispepsia organik, dyspepsia yang telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.

Dispepsia organic dikategorikan menjadi :

    1. Gastritis
    2. Ulkus peptikum
    3. Stomach cancer
    4. Gastro-Esophangeal reflux Disease
    5. Hyperacidity
    6. dll.
  1. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU), Dispepsia yang tidak jelas penyebabnya.

Dispepsia fungsional dibagi atas 3 subgrup yaitu:

    • Dispepsia mirip ulkus {ulcer-likedyspepsia) bila gejala yang dominan adalah nyeri ulu hati;
    • Dispepsia mirip dismotilitas (dysmotility-likedyspepsia) bila gejala dominan adalah kembung, mual, cepat kenyang;
    • Dyspepsia non-spesific yaitu bila gejalanya tidak sesuai dengan (a) maupun (b).

Dispepsia Fungsional

Terdapat bukti bahwa dispepsia fungsional berhubungan dengan ketidaknormalan pergerakan usus (motilitas) dari saluran pencernaan bagian atas (esofagus, lambung dan usus halus bagian atas). Selain itu, bisa juga dispepsia jenis itu terjadi akibat gangguan irama listrik dari lambung atau gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal.

Beberapa kebiasaan yang bisa menyebabkan dispepsia adalah menelan terlalu banyak udara. Misalnya, mereka yang mempunyai kebiasaan mengunyah secara salah (dengan mulut terbuka atau sambil berbicara). Atau mereka yang senang menelan makanan tanpa dikunyah (biasanya konsistensi makanannya cair).

Keadaan itu bisa membuat lambung merasa penuh atau bersendawa terus. Kebiasaan lain yang bisa menyebabkan dispesia adalah merokok, konsumsi kafein (kopi), alkohol, atau minuman yang sudah dikarbonasi.

Mereka yang sensitif atau alergi terhadap bahan makanan tertentu, bila mengonsumsi makanan jenis tersebut, bisa menyebabkan gangguan pada saluran cerna. Begitu juga dengan jenis obat-obatan tertentu, seperti Obat Anti-Inflamasi Non Steroid (OAINS), Antibiotik makrolides, metronidazole), dan kortikosteroid. Obat-obatan itu sering dihubungkan dengan keadaan dispepsia.

Yang paling sering dilupakan orang adalah faktor stres/tekanan psikologis yang berlebihan.

Berdasarkan gejala dominan yang muncul dispepsia dibagi menjadi tiga jenis yaitu :

  • Dispepsia tipe ulkus apabila keluhan yang dominan adalah nyeri ulu hati.
  • Dispepsia tipe dismotilitas apabila keluhan yang dominan adalah perut kembung, mual dan cepat kenyang.
  • Dispepsia tipe nonspesifik apabila keluhan tidak jelas untuk dikelompokkan pada salah satu jenis di atas.

PATOFISIOLOGI DISPEPSIA

Adanya perubahan pada gaya hidup dan perubahan pada pola makan masih menjadi salah satu penyebab tersering terjadinya gangguan pencernaan, termasuk dispepsia, namun bagaimana dispepsia ini bisa terjadi hingga saat ini masih belum sepenuhnya dimengerti dan penelitian-penelitian yang ada masih terus dilakukan terhadap faktor – faktor yang dicurigai berperan dalam menyebabkan dispepsia adalah sebagai berikut:

  • Gangguan pergerakan saluran pencernaan seperti gangguan pengosongan dan pengembangan lambung  dapat menyebabkan terjadinya gangguan penyaluran makanan ke usus halus. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya keluhan rasa penuh saat makan, cepat kenyang, mual dan muntah. Saluran pencernaan yang terlalu sensitif terutama lambung dan usus halus terhadap rangsangan pengembangan lambung, asam lambung, asam empedu, dan lemak dapat mengakibatkan timbulnya keluhan nyeri setelah makan, bersendawa, dan mual.
  • Pengeluran asam lambung yang berlebihan dan gangguan pembersihan asam lambung menuju duodenum dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada lambung yang menimbulkan keluhan nyeri pada ulu hati
  • Stres, gangguan cemas dan depresi telah dilaporkan berhubungan dengan penurunan kontraksi lambung dan peningkatan pengeluaran asam lambung oleh karena itu semakin tinggi tingkat stres, maka semakin tinggi risiko untuk mengalami dispepsia
  • Infeksi lambung Helicobacter pylori mungkin mempengaruhi terjadinya kelainan-kelainan pada lambung dan tingkat keparahan gejala dispepsia namun masih belum dapat disimpulkan dengan pasti hubungan yang kuat diantaranya.

Pengobatan Dispepsia

Pengobatan akan tergantung pada penyebab dispepsia, penggunaan obat adalah pengobatan yang paling umum diterapkan. Jika ternyata ada ulkus lambung, maka itu bisa disembuhkan dengan meminum obat maag penurun asam lambung seperti antasida, ranitidin, lansoprazole dan omeprazole. Jika disertai dengan infeksi lambung, maka diperlukan juga antibiotik untuk membunuh bakteri penyebab. Apakah obat-obatan untuk dispepsia memiliki efek samping? Obat-obatan untuk dispepsia paling sering hanya memiliki efek samping ringan yang akan hilang sendiri.

Beberapa obat bisa membuat tinja berwarna hitam, sakit kepala, mual atau diare. Ingatlah untuk mengambil obat seperti sesuai petunjuk dokter. Jika Anda diresepkan antibiotik, maka habiskanlah, bahkan ketika Anda mulai merasa lebih baik. Ubah Pola Hidup Makan sedikit-sedikit tapi sering, bukan dua atau tiga kali dalam porsi besar. Setelah makan, tunggu 2-3 jam sebelum berbaring. Jangan makan terlalu larut malam. Hindari coklat, mint, dan alkohol karena dapat memperburuk dispepsia.

Makanan pedas, makanan yang memiliki banyak asam (seperti tomat dan jeruk), dan kopi dapat membuat dispepsia lebih buruk pada beberapa orang. Maka sebisa mungkin handarilah Jangan merokok atau mengunyah tembakau. Jangan mengenakan pakaian ketat di sekitar perut.

Hindari stress, baca juga: stress penyebab dispepsia. Tidak mengonsumsi banyak obat anti-inflamasi seperti ibuprofen, aspirin, naproxen dan ketoprofen. Parsetamol adalah pilihan yang lebih baik, karena tidak begitu menganggu lambung.

PENCEGAHAN

Selain itu penyakit ini dipercaya memiliki beberapa jenis minuman dan makanan yang kurang baik untuk dikonsumsi yaitu:

  • Minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung antara lain : kopianggur putih, sari buah sitrus, dan susu.
  • Makanan yang sangat asam atau pedas seperti cukacabai, dan merica (makanan yang merangsang perut dan dapat merusak dinding lambung).
  • Makanan yang sulit dicerna dan dapat memperlambat pengosongan lambung. Karena hal ini dapat menyebabkan peningkatan peregangan di lambung yang akhirnya dapat meningkatkan asam lambung antara lain makanan berlemak, kue tar, coklat, dan keju.
  • Makanan yang melemahkan klep kerongkongan bawah sehingga menyebabkan cairan lambung dapat naik ke kerongkongan seperti alkohol, coklat, makanan tinggilemak, dan gorengan.
  • Makanan dan minuman yang banyak mengandung gas dan juga yang terlalu banyak serat, antara lain:

 

Selain itu, kegiatan yang dapat meningkatkan gas di dalam lambung juga harus dihindari, antara lain makan permen khususnya permen karet serta merokok.

TEST DIAGNOSTIK

Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.

Radiologis

Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.

Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)

Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.

USG (ultrasonografi)

Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan

Waktu Pengosongan Lambung

Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
WhatsApp Layanan Pelanggan