Selamat Hari Ibu, Wanita Pilar Keluarga dan Bangsa
Dalam momen hari ibu nasional yang jatuh pada tanggal 22 Desember, tak ada salahnya kita mengalokasikan waktu untuk memperhatikan sosok wanita yang menjadi ibu atau akan menjadi ibu di lingkungan sekitar kita. Klinik Utama BHCC selalu memberikan atensi penuh terhadap kesehatan para ibu karena menyadari betapa pentingnya dampak positif yang akan ditimbulkan jika kesehatan seorang ibu tercapai dengan baik.
Hari Ibu Nasional, Kesempatan untuk Lebih Memperhatikan Para Ibu
Kesehatan ibu menjadi kunci dari menghasilkan generasi penerus yang berkualitas yang kelak dapat berguna bagi bangsa dan negara. Seperti pepatah ‘dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat’ atau mens sana in corpore sano. Kesehatan ibu dan anak merupakan indikator kesehatan umum dan kesejahteraan masyarakat. Secara global, jumlah kematian ibu menurun 45% dari 523.000 pada tahun 1990 menjadi 289.000 pada tahun 2013. Indonesia sendiri belum memiliki data statistik vital yang langsung dapat menghitung Angka Kematian Ibu (AKI). Estimasi AKI dalam Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) diperoleh dengan mengumpulkan informasi dari saudara perempuan yang meninggal semasa kehamilan, persalinan, atau setelah melahirkan. AKI di Indonesia masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-ne gara anggota ASEAN. Risiko kematian ibu karena melahirkan di Indonesia adalah 1 dari 65, dibandingkan dengan 1 dari 1.100 di Thailand.
Penyebab Yang Mengancam Nyawa
Penyebab kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Perdarahan, yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu.
Risiko kematian ibu dapat diperparah dengan terjadinya anemia dan penyakit menular seperti malaria, tuberkulosis (TB), hepatitis, dan HIV/AIDS. Pada 1995, misalnya, jumlah terjadinya anemia pada ibu hamil masih sangat tinggi, yaitu 51 persen, dan pada ibu nifas 45 persen.10 anemia yang terjadi pada ibu hamil mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan berat lahir rendah, serta sering menyebabkan kematian ibu dan bayi baru lahir. Faktor lain yang berkontribusi adalah kekurangan energi kronik (KEK). Pada 2002, sebesar 17,6 persen wanita usia subur (WUS) menderita KEK.
Tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, faktor budaya, dan akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi juga berkontribusi secara tidak langsung terhadap kematian dan kesakitan ibu. Situasi ini seringkali disebut sebagai “3 T” (terlambat). Yang pertama adalah terlambat mendeteksi bahaya dini selama kehamilan, persalinan, dan nifas, serta dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan janin dalam kandungan. Kedua, terlambat dalam merujuk ke fasilitas kesehatan karena kondisi geografis dan sulitnya transportasi. Ketiga, terlambat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai di tempat rujukan.
Menjadi Atensi dari Pemerintah
Menurunkan kesakitan dan kematian ibu telah menjadi salah satu prioritas utama dalam program kesehatan pemerintah demi menciptakan generasi muda penerus bangsa yang berkualitas. Segala bentuk kegiatan-kegiatan yang mendukung upaya ini telah diusahakan, antara lain meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi, meningkatkan pemberantasan penyakit menular dan imunisasi, meningkatkan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, menanggulangi KEK, dan menanggulangi anemia gizi besi pada wanita usia subur dan pada masa kehamilan, melahirkan, dan nifas. Sebuah buku kesehatan ibu yang ditulis oleh Adenantera Dwicaksono dan Donny Setiawan telah memberikan bahasan yang cukup mendetail mengenai perkembangan kesehatan ibu di Indonesia. Dalam buku ini menulis berbagai indikator dan langkah yang diterapkan demi tercapainya kesejahteraan ibu.
Solusi Untuk Meningkatkan Kesehatan Ibu
Pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan dan perilaku sehat akan sangat membantu memberikan edukasi bagaimana meningkatkan kualitas kesehatan para wanita. Program ini tentu membutuhkan dukungan serta kerjasama dari pihak keluarga dan individu yang akan menjadi calon ibu. Dengan diberlakukannya BPJS, kini kesehatan ibu dan calon ibu semakin terjamin karena pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan secara gratis apabila pemeriksaan tersebut masih termasuk dalam kategori yang difasilitasi. Misalnya, untuk pemeriksaan kehamilan secara rutin, ibu hamil peserta BPJS Kesehatan dapat mendatangi fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), seperti puskesmas, klinik swasta, dokter perorangan, atau bidan dengan catatan FKTP itu berjejaring dengan BPJS Kesehatan.
No | Jenis Pelayanan | Tarif |
1 | Persalinan vaginam normal | 600.000 |
2 | Penanganan pendarahan | 750.000 |
3 | Pelayanan tindakan pasca persalinan | 175.000 |
4 | Pelayanan pra-rujukan | 125.000 |
Sementara apabila calon ibu memiliki keluhan kesehatan yang tidak berkaitan dengan kandungan, maka tarif BPJS akan menyesuaikan secara otomatis. Apabila calon ibu mengalami gejala flu, misalnya, maka sebaiknya calon ibu melakukan konsultasi kepada dokter mengenai apa saja obat yang dapat dikonsumsi atau tidak. Sebagai bahan pertimbangan, artikel mengenai penanganan gejala flu pada ibu hamil ini mungkin dapat membantu anda.